Kamis, 24 Oktober 2024

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Oleh : Hari Setiawan

 

Saya Hari Setiawan, calon guru penggerak dari Kota Sukabumi, berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di  modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara melalui konsep Pratap Triloka memiliki kaitan mendalam dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, terutama dalam konteks pendidikan. Pratap Triloka memuat tiga prinsip kepemimpinan:

  1. Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan teladan)
  2. Ing Madya Mangun Karso (Di tengah membangkitkan semangat)
  3. Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan).

Berikut penjelasan relevansi ketiga prinsip tersebut dengan pengambilan keputusan:

1. Ing Ngarso Sung Tulodo – Pemimpin Sebagai Teladan

  • Makna dalam pengambilan keputusan

Seorang pemimpin harus membuat keputusan yang etis dan berintegritas agar menjadi contoh bagi rekan dan peserta didik.

  • Kaitannya dengan keputusan yang tepat

Teladan yang baik mencerminkan konsistensi antara perkataan dan tindakan. Jika keputusan yang diambil selaras dengan nilai dan prinsip moral, hal ini akan memperkuat kepercayaan dan loyalitas dari tim.

2. Ing Madya Mangun Karso – Pemimpin Berperan dalam Memotivasi dan Berkolaborasi

  • Makna dalam pengambilan keputusan

Pemimpin tidak hanya membuat keputusan secara sepihak tetapi melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan, terutama guru, siswa, dan staf sekolah. Hal ini menciptakan budaya kolaboratif dan memperkuat rasa tanggung jawab bersama.

  • Kaitannya dengan keputusan berbasis kolaborasi

Seorang pemimpin harus mampu memotivasi dan menggali potensi orang-orang di sekitarnya sehingga keputusan yang diambil bukan hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri, melainkan melalui musyawarah dan partisipasi aktif. Ini akan meningkatkan kualitas dan penerimaan terhadap keputusan tersebut.

3. Tut Wuri Handayani – Pemimpin Mendukung dari Belakang

  • Makna dalam pengambilan keputusan

Setelah keputusan diambil dan dijalankan, pemimpin perlu memberikan dukungan dan bimbingan tanpa mendominasi. Ia harus memberi ruang kepada orang-orang di bawahnya untuk bertindak mandiri, namun tetap mengarahkan dan memotivasi jika diperlukan.

  • Kaitannya dengan delegasi dan pemberdayaan

Dalam konteks ini, pemimpin mengambil keputusan dengan tujuan memberdayakan tim atau individu agar bertanggung jawab atas perannya masing-masing. Pendekatan ini juga mencerminkan kepercayaan pemimpin terhadap kemampuan rekan lainnya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang sangat berperan dalam membentuk prinsip pengambilan keputusan, karena nilai-nilai tersebut berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman dalam menentukan mana yang dianggap benar, pantas, atau prioritas. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berperan sebagai kompas moral dalam setiap pengambilan keputusan. Nilai ini tidak hanya membantu kita menentukan pilihan dan prioritas, tetapi juga memastikan bahwa keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan konsisten. Seorang pemimpin atau individu dengan nilai-nilai yang kuat akan lebih mudah membuat keputusan yang bermakna, konsisten, dan berdampak positif, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat berkaitan erat dengan proses coaching yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator. Coaching tidak hanya berfungsi sebagai bimbingan dalam perjalanan pembelajaran, tetapi juga membantu peserta merefleksikan dan menguji efektivitas keputusan yang telah diambil. Melalui sesi coaching, saya dapat menggali lebih dalam mengenai proses pengambilan keputusan, menemukan kekuatan dan area perbaikan, serta menyelaraskan kembali keputusan dengan nilai dan tujuan pribadi.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, khususnya ketika menghadapi dilema etika. Dilema etika terjadi ketika seseorang dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang sama-sama memiliki nilai dan risiko, sehingga tidak ada jawaban benar yang jelas. Dalam konteks ini, pengelolaan sosial-emosional yang baik menjadi kunci agar guru bisa membuat keputusan yang bijaksana, etis, dan bertanggung jawab.

Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus tentang masalah moral atau etika akan selalu kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Hal ini terjadi karena keputusan yang diambil dalam situasi tersebut tidak hanya melibatkan aspek kognitif (rasionalitas) tetapi juga berakar pada landasan moral dan prinsip hidup yang diyakini oleh pendidik. Nilai-nilai ini berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing pendidik dalam membuat pilihan yang sejalan dengan integritas dan tanggung jawab profesionalnya.

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang pendidik atau pemimpin sekolah berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. Keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai etis, empati, dan pertimbangan rasional akan membentuk budaya sekolah yang sehat, mendukung perkembangan siswa, serta mempererat hubungan antarpendidik, siswa, dan komunitas sekolah.

Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika di lingkungan sekolah sering kali muncul dari berbagai faktor, seperti tekanan sosial, birokrasi, budaya organisasi, atau pergeseran paradigma pendidikan. Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan oleh guru sangat memengaruhi apakah proses pembelajaran mampu memerdekakan murid dan memungkinkan mereka mengembangkan potensi maksimalnya. Pembelajaran yang memerdekakan menuntut guru untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijak, terutama karena setiap murid memiliki potensi, minat, dan cara belajar yang berbeda-beda.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid-murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran, seperti kepala sekolah, guru, atau penggerak perubahan, memainkan peran krusial dalam mengambil keputusan yang tidak hanya berdampak pada lingkungan belajar saat ini tetapi juga membentuk masa depan murid-murid. Setiap keputusan baik terkait kebijakan, strategi pembelajaran, atau interaksi harian, dapat membuka atau membatasi potensi siswa. Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari pembelajaran modul Pengambilan Keputusan Berbasis Pemimpin Pembelajaran (Modul 3.1) menunjukkan bahwa keputusan seorang pemimpin tidak hanya memengaruhi efektivitas proses belajar-mengajar tetapi juga membentuk karakter, potensi, dan masa depan murid. Modul ini juga memiliki keterkaitan yang erat dengan modul-modul sebelumnya dalam hal kompetensi kepemimpinan, coaching, dan pengembangan sosial-emosional.

Pengambilan keputusan yang efektif adalah keterampilan inti seorang pemimpin pembelajaran, dan setiap keputusan harus berlandaskan nilai, kompetensi sosial-emosional, dan prinsip pendidikan yang memerdekakan murid. Modul ini memperkuat pentingnya proses reflektif dan coaching dalam menyempurnakan keputusan, dan terkait erat dengan modul sebelumnya, terutama dalam pengembangan kepemimpinan, coaching, dan kesejahteraan sosial-emosional.

Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang bijak oleh pemimpin pembelajaran akan membentuk generasi siswa yang mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan di masa depan, sejalan dengan semangat Merdeka Belajar.

Pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.  

Beberapa konsep yang mungkin terlihat mengejutkan atau tidak terduga adalah:

  • Paradigma seperti keadilan vs kasih sayang atau kebenaran vs loyalitas seringkali tidak hitam-putih, dan membutuhkan pertimbangan lebih mendalam. Realitas bahwa kadang-kadang tidak ada jawaban yang benar membuat proses ini sangat kompleks.
  • 9 langkah pengambilan keputusan memberikan pendekatan yang terstruktur dan metodis, sementara dilema etis sering kali tampak ambigu dan tidak terstruktur.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More